Kampung Badran yang terletak di sisi barat kota Yogyakarta, pada
zaman dahulu merupakan bong China atau tempat pemakaman warga keturunan
Tionghoa. Bong China tersebut kemudian dibongkar karena rencananya di wilayah
tersebut akan dijadikan kawasan pemukiman. Bagi warga keturunan Tionghoa yang
mampu, abu leluhur mereka yang tersimpan di bong China Badran dipindahkan ke Makam Gunung Sempu, sedangkan
bagi warga keturunan Tionghoa yang tidak mampu, abu leluhur mereka dilarung ke
laut atau mereka menyimpan abu leluhurnya di dalam rumah. Pada dasawarsa 50-an,
kawasan Badran mulai dihuni oleh penduduk dan menjadi sebuah kawasan pemukiman yang
baru. Beberapa informasi menyebutkan ada beberapa makam warga keturunan Tionghoa
yang tidak mau dipindah dan akhirnya dibiarkan tetap berada di kampung
tersebut. Jejak adanya bong China di kampung Badran masih dapat ditemui hingga
sekarang melalui keberadaan Krematorium Wahana Mulia, Badran yang terletak
di pinggir jalan Tentara Rakyat Mataram, Yogyakarta.
Kawasan Badran pada zaman dahulu juga dikenal sebagai tempat bebodro atau bermeditasi untuk menjalani
laku tirakat. Di dekat Sungai Winongo ada sebuah pohon besar yang dikeramatkan
oleh masyarakat dan konon kabarnya dihuni oleh penunggu gaib yang bernama Ki
Bodronoyo. Nama Bebodro dan Ki Bodronoyo menjadi toponim nama kampung tersebut,
yaitu Badran. Kampung Badran saat menjadi salah satu pemukiman di
kota Yogyakarta yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment